Rabu, 27 Januari 2016

HIMPUNAN I

HIMPUNAN  I

1.1. DEFINISI
Himpunan merupakan kumpulan objek-objek yang berbeda. Himpunan adalah kumpulan objek yang didefinisikan secara jelas dalam sembarang urutan. Himpunan adalah kumpulan dari objek-objek tertentu yang tercakup dalam satu kesatuan dengan keterangannya yang jelas. Untuk menyatakan suatu himpunan, digunakan huruf besar / KAPITAL seperti A, B, C dsb. Sedangkan untuk menyatakan anggota-anggotanya digunakan huruf kecil seperti a, b, c, dsb. Konsep himpunan merupakan konsep dasar dalam aritmatika. Objek milik himpunan disebut anggota atau elemen himpunan. Jika p adalah anggota himpunan A, ditulis p Î A. Sebaliknya jika p adalah bukan anggota himpunan A, maka ditulis p Ï A.

1.2 PENYAJIAN HIMPUNAN
Ada 4 cara untuk menyatakan suatu himpunan, yaitu:
1.    Enumerasi
Mengenumerasi artinya menulis semua elemen himpunan yang bersangkutan di antara dua buah tanda kurung kurawal. Biasanya himpunan diberi nama dengan menggunakan huruf kapital maupun dengan menggunakan simbol-simbol lainnya.
Contoh:
1.    Himpunan A berisi empat bilangan asli.
Dapat ditulis sebagai berikut A = {1,2,3,4}
2.    Himpunan B berisi lima bilangan genap positif pertama.
Dapat ditulis sebagai berikut B = { 2,4,6,8,10}
3. Himpunan C berisi 100 buah bilangan asli pertama.
Dapat ditulis sebagai berikut C = {1, 2, ..., 100 }
4. Himpunan Z berisi bilangan bulat.
      Dapat ditulis sebagai berikut Z = {…, -2, -1, 0, 1, 2, …}.
Keanggotaan
x Î A : x merupakan anggota himpunan A;
x Ï A : x bukan merupakan anggota himpunan A.
Contoh:
Misalkan:         A = {1, 2, 3, 4},  R  = { a, b, {a, b, c}, {a, c} }
K  = {{}}
maka
      3 Î A
      {a, b, c} Î R
      c Ï R        
      {} Î K
     {} Ï R        

2. Simbol-simbol Baku
Beberapa simbol baku yang biasa digunakan untuk mendefinisikan himpunan antara lain:
P = himpunan bilangan bulat positif.
N = himpunan bilangan alami (natural).
Z = himpunan bilangan bulat 
Q = himpunan bilangan rasional
R = himpunan bilangan riil
C = himpunan bilangan kompleks
U = himpunan semesta

3. Notasi Pembentuk Bilangan
Himpunan dinyatakan dengan menulis syarat yang harus dipenuhi anggotanya.
Notasi: { x | syarat yang harus dipenuhi oleh x }

Aturan dalam penulisan syarat keanggotaan:
a.    Bagian di kiri tanda ‘|’ melambangkan elemen himpunan
b.    Tanda ‘|’ dibaca dimana atau sedemikian sehingga
c.    Bagian di kanan tanda ‘|’ menunjukan syarat keanggotaan himpunan
d.    Setiap tanda ‘,’ di dalam syarat keanggotaan dibaca dan
Contoh:
1.    A adalah himpunan bilangan bulat positif yang lebih kecil dari 5.
Dinyatakan sebagai:
A = { x | x adalah himpunan bilangan bulat posif lebih kecil dari 5}
Notasi matematikanya:
A = { x | x Î P, x < 5 }
Yang ekivalen dengan A = { 1, 2, 3, 4 }
2.    B adalah himpunan bilangan genap positif yang lebih kecil atau sama dengan 8.
Dinyatakan sebagai:
B = { x | x adalah himpunan bilangan genap positif yang lebih kecil dari 8 }
Notasi Matematikanya:
B = { x | x/2 Î P, 2 < x < 8 }

4. Diagram Venn
Diagram Venn menyajikan himpunan secara grafis. Didalam diagram Venn, himpunan semesta (U) digambarkan sebagai suatu segi empat sedangkan himpunan lainnya digambarkan sebagai lingkaran di dalam segi empat tersebut.
Contoh:
Misalkan U = {1, 2, …, 7, 8},
A = {1, 2, 3, 5} dan
B = {2, 5, 6, 8}.
Diagram Venn:









1.3. DEFINISI PADA TEORI HIMPUNAN

1. Kardinalitas

Jumlah elemen di dalam A disebut kardinal dari himpunan A.
Notasi: n(A) atau êA ê

Contoh:
(i)   B = { x | x merupakan bilangan prima yang lebih kecil dari 20 },
          atau B = {2, 3, 5, 7, 11, 13, 17, 19}
maka ½B½ = 8
(ii)   T = {kucing, a, Amir, 10, paku},
maka ½T½ = 5
(iii)  A = {a, {a}, {{a}} },
maka ½A½ = 3      

2. Himpunan Kosong

Himpunan kosong adalah himpunan yang tidak mempunyai elemen.
Notasi : Æ atau {}
 
   Contoh:
(i)   E = { x | x < x }, maka n(E) = 0
(ii)  P = { orang Indonesia yang pernah ke bulan }, maka n(P ) = 0
(iii) A = {x | x adalah akar persamaan kuadrat x2 + 1 = 0 }, n(A) = 0                
Himpunan { { } } dapat juga ditulis sebagai { Æ }
Himpunan {{ }, {{ }}} dapat juga ditulis sebagai {Æ, {Æ}}
{Æ} bukan himpunan kosong karena ia memuat satu elemen yaitu himpunan kosong.

3. Himpunan Bagian (Subset)         

Himpunan A dikatakan himpunan bagian dari himpunan B jika dan hanya jika setiap elemen A merupakan elemen dari B.
Dalam hal ini, B dikatakan superset dari A.

Notasi: A  Í B

Diagram Venn  A Í B:








Contoh:          
(i)  { 1, 2, 3} Í {1, 2, 3, 4, 5}
(ii) {1, 2, 3} Í {1, 2, 3}
·      A dan A A, maka dan A disebut himpunan bagian tak sebenarnya (improper subset) dari himpunan A.
Contoh: A = {1, 2, 3}, maka {1, 2, 3} dan Æ adalah improper subset dari A.
·      A Í B berbeda dengan A Ì B
(i)         A Ì B : A adalah himpunan bagian dari B tetapi A ¹ B.
       A adalah himpunan bagian sebenarnya (proper subset) dari B.
 Contoh: {1} dan {2, 3} adalah  proper subset dari {1, 2, 3}
(ii) A Í B : digunakan untuk menyatakan bahwa A adalah  himpunan bagian (subset) dari B yang memungkinkan A = B.

4. Himpunan yang Sama

·           A = B jika dan hanya jika setiap elemen A merupakan elemen B dan sebaliknya setiap elemen B merupakan elemen A.
·           A = B jika A adalah himpunan bagian dari B dan B adalah himpunan bagian dari A. Jika tidak demikian, maka A ¹ B.
Notasi : A = B  «  A Í B dan B Í A

  Contoh:
    (i)   Jika A = { 0, 1 } dan B = { x | x (x – 1) = 0 }, maka A = B
                (ii)  Jika A = { 3, 5, 8, 5 } dan B = {5, 3, 8 }, maka A = B
                (iii) Jika A = { 3, 5, 8, 5 } dan B = {3, 8}, maka A ¹ B                                                 
Untuk tiga buah himpunan, A, B, dan C berlaku aksioma berikut:
(a) A = A, B = B, dan C = C    
(b) jika A = B, maka B = A
(c) jika A = B dan B = C, maka A = C

5. Himpunan terhingga
Himpunan terhingga adalah himpunan yang banyak anggotannya terhingga.
Contoh:
D = {x | x adalah bilangan asli yang kurang dari 11}
D adalah himpunan terhingga, karena elemen-elemennya terhingga yaitu 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10.
6. Himpunan tak hingga
Himpunan tak hingga adalah himpunan yang banyak anggotanya tidak terhingga atau tidak terbatas.
Contoh:
            Z = {y | y adalah bilangan asli}
Z adalah himpunan tak hingga, karena elemen-elemennya tidak terbatas atau tak berhingga.

7. Himpunan Ekivalen

Himpunan A dikatakan ekivalen dengan himpunan B jika dan hanya jika kardinal dari kedua himpunan tersebut sama.
Notasi : A ~ B  « ½A½ = ½B½

     Contoh:
Misal A = { 1, 3, 5, 7 } dan B = { a, b, c, d }, maka A ~ B sebab ½A½ = ½B½ = 4     
           

8. Himpunan Saling Lepas

Dua himpunan A dan B dikatakan saling lepas (disjoint) jika keduanya tidak memiliki elemen yang sama.
Notasi : A // B
Diagram Venn:








Contoh: Jika A = { x | x P, x < 8 } dan B = { 10, 20, 30, ... }, maka A // B.                        

 9. Himpunan Kuasa (power set)

Himpunan kuasa adalah himpunan seluruh himpunan bagian dari suatu himpunan. Himpunan kuasa dari himpunan A adalah suatu himpunan yang elemennya merupakan semua himpunan bagian dari A, termasuk himpunan kosong dan himpunan A sendiri.
Notasi : P (A) atau 2A
Contoh1:
Jika A = { 1, 2 },  maka P (A) = { , { 1 }, { 2 }, { 1, 2 }}                                             
Contoh2:
Himpunan kuasa dari himpunan kosong adalah P (Æ) = {Æ}, dan himpunan kuasa dari himpunan {Æ} adalah P({Æ}) = {Æ, {Æ}}.


1.4. OPERASI – OPERASI DASAR HIMPUNAN
1.    Irisan (Perpotongan / Intersection)
Irisan himpunan A dan himpunan B adalah himpunan yang setiap elemennya merupakan elemendari himpunan A dan himpunan B. Irisan dinyatakan dengan A Ç B   yang dibaca ”A irisan B”.
Diagram Venn untuk A Ç B  





Contoh:
S = {a, b, c, d} dan T = {b, d, f, g}
Maka S Ç T = {b, d}
Dapat dinyatakan dengan A Ç B = {x | x Î A dan x Î B}
Setiap himpunan A dan himpunan B mengandung A Ç B sebagai subhimpunan, yaitu
(A Ç B) Ì  A dan (A Ç B) Ì  B
Jika himpunan A dan himpunan B tidak mempunyai elemen-elemen yang dimiliki bersama, berarti A dan B terpisah, maka irisan dari keduanya adalah himpunan kosong.

2.  Gabungan (Perpaduan / Union )
Gabungan (Union) himpunan dari A dan B adalah himpunan yang setiap anggotanya merupakan anggota himpunan A atau B atau keduanya. Union tersebut dapat dinyatakan sebagai A È B dibaca A union B.
Diagram venn dari A È B   



 Contoh
A = {a, b, c, d} dan B = {e, f, g}
Maka A È B = {a, b, c, d, e, f, g}
Union A dan B dapat didefinisikan secara ringkas sebagai berikut
A È B = {x | x Î A atau x Î B}
Berlaku hukum A È B = B È A
A dan B kedua-duanya juga selalu berupa subhimpunan dari A È B, yaitu
A Ì (A È B) dan B Ì (A È B)

3.    Komplemen (complement)
Komplemen dari suatu himpunan A terhadap himpunan semesta U adalah suatu himpunan yang elemennya merupakan elemem U yang bukan elemen A, yaitu selisih dari himpunan semesta U dan A. Komplemen dapat didefinisikan secara ringkas sebagai berikut
A’ = {x | x Î U dan x Ï A} atau A’ = {x | x Ï A}
Diagram Venn dari A’. 


Contoh:
Misalkan U = {1,2,3,…,9}
A = {1,3,7,9} carilah A’ !
JAWAB
A’ = {2,4,6,8}

4.    Selisih (difference)
Selisih dari himpunan A dan B adalah suatu himpunan yang elemennya merupakan elemen A dan bukan elemen B. Dinyatakan dengan A – B dibaca ”selisih A dan B” atau ”A kurang B”. Himpunan A mengandung A – B sebagai subhimpunan, berarti(A – B) Ì A.
Diagram Venn untuk A – B




Contoh:
Jika A = { 1,2,3,...10} dan B = { 2,4,6,8,10} Carilah A – B  dan B – A!
Jawab
A – B = { 1,3,5,7,9}
B – A = 0 {himpunan kosong}

5.    Beda Setangkup (symmetric difference / Selisih simetri)
Beda setangkup dari himpunan A dan B adalah suatu himpunan yang elemennya ada pada himpunan A dan B tetapi tidak pada keduanya.
Diagram Venn untuk A B

Contoh:
Jika A = { 2, 4,6} dan B = { 2,3,5} Carilah A B!
Jawab
A B = { 3,4,5,6}

Latihan:
1.    Jika A = {2, 4, 6, 8, 10} dan B = {4, 10, 14, 18} carilah A Ç B!
2.    Jika A = { 2, 5, 8 , 10} dan B = { 7, 5, 22 }, carilah A È B!
3.    Misalkan U = { 1, 2, 3, ..., 10 }, jika A = {1, 3, 5, 7, 9}, carilah A’!
4.    Jika A = { 1, 2, 3, ..., 10 } dan B = { 2, 4, 6, 8},  carilah AB!
5.    Jika A = {1, 2, 4, 6 } dan B = { 2, 3, 5,7 },  carilah A Å B!
6.   Jika U= {a, b, c, . . . i}, A= { a, i},  B= {a, b, c} , dan C= {a, g, h}.
      Carilah:
a)    A Ç B  Ç C
b)    A È (B  Ç C)
c)    AÈ B ÈC
d)    A′ Ç (BÈ C)
e)    (A ÈB) Ç C′